Kamis, 30 April 2009

Alumni Pendidikan Matematika

Angkatan 1982
  1. Anna Harsanti. Kepala Sekolah SMA Stella Duce 2 Yogyakarta. Rumah: Ngaglik, Sleman, DIY.
  2. Eka Setyanto. Wakil Kepala Sekolah SMA Kanisius Bharata Karanganyar, Jawa Tengah. Rumah: ... Kontak: ekasetyanto@yahoo.com
  3. F.X. Pargiyono. Pengawas TK-SD-SMP Yayasan Kanisius Cabang Yogyakarta. Rumah: Minggir, Sleman, DIY. Kontak: ...
  4. Magda Indria Dewi. Guru SMA Negeri I Depok Sleman, DIY. Rumah: ... Kontak: ...
  5. Th. Sukristiyono. Kepala Sekolah SMA Kolese De Britto Yogyakarta. Rumah: Yogyakarta. Kontak: ...

Angkatan 1983
  1. Antonius Eko Suparno. Guru SMA Don Bosko Semarang, Jawa Tengah. Rumah: Semarang. Kontak: ekodonbosko@yahoo.co.id
  2. ... Rini Widayati. Guru SMA Negeri I Depok Sleman, DIY. Rumah: Depok, Sleman, DIY. Kontak: ...
  3. Susento. Kepala Pusat Penelitian dan Pelayanan Pendidikan Universitas Sanata Dharma. Rumah: Kalasan, Sleman, DIY. Kontak: stsusento@yahoo.co.id, susento@staff.usd.ac.id
  4. Yohanes Dwi Winarto. Kepala Pendidikan Yayasan Bernardus Semarang, Kepala Sekolah SMK Theresiana Semarang, Jawa Tengah. Rumah: Semarang. Kontak: ydwinarto@yahoo.co.id

Angkatan 1990
  1. M. Andy Rudhito. Dosen Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Rumah: Mlati, Sleman, DIY. Kontak: rudhito@staff.usd.ac.id, andyrudhito.blogspot.com

Angkatan 1991
  1. Wanty Widjaja. Dosen Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Rumah: Kalasan, Sleman, DIY. Kontak: wanty_widjaja@yahoo.com

Angkatan 1993
  1. F.X. Catur Supatmono. Guru SMA kolese De Britto Yogyakarta. Rumah: Kalasan, Sleman, DIY. Kontak: ...
  2. H.J. Sriyanto. Guru SMA kolese De Britto Yogyakarta. Rumah: Ngemplak, Sleman, DIY. Kontak: rumah-matematika.blogspot.com

Angkatan 1994
  1. Hongki Julie. Dosen Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Rumah: Ngaglik, Sleman, DIY. Kontak: hongki_julie@staff.usd.ac.id

Angkatan 1995
  1. Agustina Dian Ikawati. Guru SMA Sella Duce 2 Yogyakarta. Rumah: Yogyakarta. Kontak: ...
  2. Triyatiningsih. Guru SMP Negeri 8 Magelang, Jawa Tengah. Rumah: ... Kontak: ening_3fosa@yahoo.com

Angkatan 1997
  1. Sr. Ancilla, OSF. Kepala Sekolah SMP Maria Immaculata Yogyakarta. Rumah: Yogyakarta. Kontak: ...
  2. Sr. Coleta, OSF. Kepala Sekolah SMA Marsudirini Kemang Parung Bogor, Jawa Barat. Rumah: Kemang Parung, Bogor. Kontak: adriesr@yahoo.com
  3. Domesia Novi Handayani. Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Rumah: Yogyakarta. Kontak: domesia@yahoo.com
  4. Fr. Esti Ningsih. Guru SD Fransiskus 1 Pasir Gintung, Tanjungkarang, Lampung. Rumah: Tanjungkarang. Kontak: fr.esti_ningsih@yahoo.com

Angkatan 1998
  1. Christina Retno Prasetyaningsih. Guru SMA Pangudi Luhur Wedi, Klaten, Jawa Tengah. Rumah: Jogonalan, Klaten. Kontak: ...
  2. Mario Abiyoso. Analis dan Programmer PT Cipta Bhakti Sejahtera Sleman, DIY. Rumah: Jogonalan, Klaten. Kontak: mario_abiyoso@yahoo.com
  3. Sr. M. Eligia, AK. ... Rumah: Ungaran, Semarang. Kontak: eligiaak_s@yahoo.co.id
  4. Sr. Olinda Pareira. ... Rumah: Comoro, Dili, Timor-Leste. Kontak: fdlin08@yahoo.com

Angkatan 1999
  1. Hendrikus Slamet. Guru SMPK Kesuma Cakranegara Mataram, NTB. Rumah: Ampenan. Kontak: hendriksupri@yahoo.com
  2. Jovita Vina Pudhi Artantri. Guru SMA Stella Duce 2 Yogyakarta. Rumah: Gamping, Sleman, DIY. Kontak: artandevil@yahoo.com

Angkatan 2000
  1. Yohanes Tri Purbo Wahyono. Guru SMA Xaverius Curup, Bengkulu. Rumah: Curup, Bengkulu. Kontak: ...

Angkatan 2001
  1. Lingna. Guru SMAK Penabur Jakarta. Rumah: ... Kontak: ...

Angkatan 2002
  1. Bambang Priono. Kuliah S2 Pendidikan Matematika UNY. Kost: Yogyakarta. Kontak: bambang_priono@yahoo.com

Angkatan 2003
  1. Augustinus Widiprihartono. Guru SMA Gonzaga Jakarta. Rumah: Cilincing, Jakarta Utara. Kontak: august_widhie@yahoo.com
  2. Clara Erindha Chris Gayuarsita. Guru SMP Santo Yosef Lahat, Sumatera Selatan. Rumah: .... Kontak: air_cla83@yahoo.co.id
  3. Ida Nurmila Isandespha. Guru SMK Muhammadiyah Bantul, DIY. Rumah: Bantul. Kontak: idaisandespha@yahoo.com
  4. Patrisia Esti Widyaningrum. Guru SD Putra Bangsa Klaten, Jawa Tengah. Rumah: .... Kontak: smilepatris@yahoo.co.id

Angkatan 2004
  1. Rosalia Septi Wulansari. ... Rumah: Sedayu, Bantul, DIY. Kontak: rosaliaseptiwulansari@yahoo.co.id

Standar Kompetensi Kepala Sekolah

Kompetensi Manajerial
  1. Menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk berbagai tingkatan perencanaan.
  2. Mengembangkan organisasi sekolah/madrasah sesuai dengan kebutuhan.
  3. Memimpin sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah/madrasah secara optimal.
  4. Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah/madrasah menuju organisasi pembelajar yang efektif.
  5. Menciptakan budaya dan iklim sekolah/madrasah yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik.
  6. Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal.
  7. Mengelola sarana dan prasarana sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan secara optimal.
  8. Mengelola hubungan sekolah/madrasah dan masyarakat dalam rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah/madrasah.
  9. Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru, dan penempatan dan pengembangan kapasitas peserta didik.
  10. Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional.
  11. Mengelola keuangan sekolah/madrasah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang akuntabel, transparan, dan efisien.
  12. Mengelola ketatausahaan sekolah/madrasah dalam mendukung pencapaian tujuan sekolah/ madrasah.
  13. Mengelola unit layanan khusus sekolah/madrasah dalam mendukung kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik di ekolah/madrasah.
  14. Mengelola sistem informasi sekolah/madrasah dalam mendukung penyusunan program dan pengambilan keputusan.
  15. Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah/madrasah.
  16. Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan sekolah/madrasah dengan prosedur yang tepat, serta merencanakan tindak lanjutnya.

Kompetensi Kewirausahaan
  1. Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah/madrasah.
  2. Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah/madrasah sebagai organisasi pembelajar yang efektif.
  3. Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah/madrasah.
  4. Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala yang dihadapi sekolah/madrasah.
  5. Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi/jasa sekolah/madrasah sebagai sumber belajar peserta didik.

Kompetensi Supervisi
  1. Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.
  2. Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat.
  3. Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.

Kompetensi Kepribadian
  1. Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia, dan menjadi teladan akhlak mulia bagi komunitas di sekolah/madrasah.
  2. Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin.
  3. Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala sekolah/madrasah.
  4. Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi.
  5. Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan sebagai kepala sekolah/madrasah.
  6. Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan.

Kompetensi Sosial
  1. Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah/madrasah
  2. Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.
  3. Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain.

Sumber:
Permendiknas No. 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah

Rabu, 29 April 2009

Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi pembelajaran bertujuan untuk:
  • perbaikan proses pembelajaran,
  • peningkatan mutu pembelajaran.
Peranan penting evaluasi pembelajaran:
  • peningkatan efektivitas proses belajar siswa
  • pengembangan profesionalitas guru
Evaluasi pembelajaran dilakukan guru dengan cara meninjau kembali:
  • apa yang sudah berjalan dengan baik?
  • apa yang belum berjalan dengan baik?
  • bagian mana yang masih perlu diperbaiki?
Metode-metode evaluasi pembelajaran:
  1. Evaluasi diri sendiri (self evaluation) oleh guru,
  2. Evaluasi oleh rekan guru (peer evaluation),
  3. Evaluasi oleh siswa (student evaluation),
  4. Lesson study,
  5. Penelitian tindakan kelas.
Evaluasi Diri Sendiri
Evaluasi dilakukan oleh guru dengan langkah-langkah:
  1. Analisis persentase pencapaian KKM: Pencapaian <>
  2. Meninjau kembali pelaksanaan unsur-unsur pembelajaran: materi, metode, kegiatan, media, sumber, penilaian
  3. Merancang perbaikan unsur-unsur
  4. Merevisi RPP yang telah berjalan
  5. Mempertimbangkan kembali RPP yang akan berjalan
Evaluasi oleh Rekan Guru
Evaluasi dilakukan dengan langkah-langkah:
  1. Rekan guru mengobservasi pelaksanaan pembelajaran
  2. Guru yang bersangkutan mendiskusikan hasil observasi dengan rekan guru
  3. Guru merancang perbaikan unsur-unsur pembelajaran
  4. Guru merevisi RPP yang telah berjalan
  5. Guru mempertimbangkan kembali RPP yang akan berjalan
Evaluasi oleh Siswa
Evaluasi dilakukan dengan langkah-langkah:
  1. Siswa mengisi kuesioner penilaian kualitas pelaksanaan pembelajaran
  2. Guru berdialog dengan siswa tentang kualitas pelaksanaan pembelajaran
  3. Guru merancang perbaikan unsur-unsur
  4. Guru merevisi RPP yang telah berjalan
  5. Guru mempertimbangkan kembali RPP yang akan berjalan
Lesson Study
Kegiatan lesson study dilaksanakan oleh guru-guru sebidang/serumpun dengan langkah-langkah:
  1. Saling mengobservasi kegiatan pembelajaran di kelas
  2. Melakukan evaluasi bersama
  3. Mendiskusikan solusi masalah pembelajaran
Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
PTK dilakukan guru melalui beberapa siklus kegiatan. Tiap siklus terdiri dari langkah-langkah kegiatan sebagai berikut:
  1. Perumusan masalah pembelajaran
  2. Penyusunan rencana tindakan sebagai solusi masalah tersebut
  3. Pelaksanaan rencana tindakan dalam pembelajaran di kelas. Searang rekan guru sebidang/serumpun diminta melakukan observasi.
  4. Refleksi dan evaluasi pelaksanaan pembelajaran tersebut
Susento
23 Desember 2008

Penilaian Belajar Siswa Sesuai KTSP

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), penilaian belajar siswa bertujuan untuk menilai proses dan hasil pencapaian kompetensi oleh siswa. Perlu diingat bahwa kompetensi adalah perpaduan antara pengetahuan/ketrampilan, kecakapan, sikap, dan tata-nilai. Dengan demikian penilaian tidak hanya bertujuan untuk mengukur penguasaan pengetahuan/ketrampilan semata.

Penilaian pencapaian kompetensi dilakukan melalui variasi metode sebagai berikut:
  1. Penilaian unjuk kerja (performance),
  2. Penilaian sikap,
  3. Penilaian tertulis,
  4. Penilaian proyek,
  5. Penilaian produk,
  6. Penilaian portofolio,
  7. Penilaian diri sendiri.
Penilaian Unjuk Kerja
Penilaian dilakukan guru dengan langkah-langkah:
  1. Meminta siswa melakukan tugas tertentu melalui serangkaian langkah-langkah,
  2. Mengamati pelaksanaan tugas tersebut,
  3. Menilai sejauh mana kualitas pelaksanaan tugas.
Penilaian unjuk kerja dapat menggunakan instrumen daftar cek (check-list) atau skala penilaian (rating scale).


Penilaian Sikap
Sikap adalah kecenderungan (positif/negatif) seseorang dalam merespon sesuatu objek. Sikap siswa yang perlu dinilai dalam pembelajaran meliputi:
  • sikap terhadap materi pelajaran,
  • sikap terhadap guru,
  • sikap terhadap proses pembelajaran.
Penilaian sikap dapat dilakukan dengan teknik-teknik:
  1. Observasi perilaku: Guru menggunakan buku catatan kejadian, atau daftar cek yang memuat perilaku-perilaku tertentu yang diharapkan muncul dari siswa.
  2. Pertanyaan langsung: Siswa ditanya tentang tentang sikapnya berkaitan dengan sesuatu hal. Dari pertanyaan tersebut masing – masing siswa akan memberikan jawaban yang bervariasi baik dari segi jumlah maupun kualitas jawabannya.
  3. Laporan pribadi: Siswa diminta membuat ulasan yang berisi pandangan/tanggapannya tentang suatu masalah, keadaan, atau hal yang menjadi objek sikap. Dari ulasan tersebut dapat dibaca dan dipahami kecenderungan sikap yang dimilikinya.

Penilaian Tertulis

Penilaian dilakukan dengan memberi tes kepada siswa, dan siswa diminta mengerjakannya dalam periode waktu tertentu. Bentuk penilaian dapat berbentuk kuis, ulangan (harian, tengah semester, akhir semester), atau tugas mengerjakan soal.

Penilaian Proyek
Penilaian dilakukan guru dengan cara memberi tugas yang harus diselesaikan siswa dalam periode waktu tertentu. Tugas tersebut berupa kegiatan menyelidiki fenomena atau memecahkan masalah nyata yang terkait dengan satu atau lebih kompetensi.

Penilaian Produk
Penilaian dilakukan guru dengan memberi tugas kepada siswa untuk menghasilkan produk (hasil karya) teknologi atau seni yang berkaitan dengan satu atau beberapa kompetensi. Misalnya: esai, puisi, alat peraga, gambar, hiasan, program komputer, dll.

Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan siswa dalam satu periode tertentu. Informasi berupa karya siswa yang dianggap terbaik oleh siswa.
Ada beberapa hal yang diperlukan dalam penilaian portofolio:
  • Usahakan agar siswa merasa memiliki hasil karyanya; bukan hanya sebagai alat penilaian.
  • Tentukan bersama siswa sampel-sampel karya apa saja yang akan dikumpulkan.
  • Kumpulkan dan simpanlah karya-karya tiap siswa dalam satu map atau folder.
  • Berilah tanggal pembuatan pada setiap bahan informasi perkembangan siswa sehingga dapat terlihat perbedaan kualitas dari waktu ke waktu.
  • Tentukan kriteria penilaian dan pembobotannya. Rundingkan dengan siswa agar dicapai kesepakatan.
  • Bahaslah dengan siswa portofolionya. Mintalah siswa ikut serta menilai karyanya sendiri.
  • Setelah suatu karya dinilai dan ternyata belum memuaskan, siswa diberi kesempatan untuk memperbaiki dalam jangka waktu tertentu.

Penilaian diri sendiri
Siswa diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan proses dan hasil pencapaian kompetensi. Instrumen untuk penilaian dapat dibuat oleh guru atau oleh siswa sendiri, misalnya berupa lembar penilaian, kartu, atau buku jurnal harian.

Senin, 27 April 2009

Cara Pemecahan Masalah Soal Cerita Perbandingan Matematika secara Aljabar oleh Siswa Kelas VIII SMP

Galih P. Noviartanto. 2008. Cara Pemecahan Masalah Soal Cerita Perbandingan Matematika secara Aljabar oleh Siswa Kelas VIII SMP. Skripsi, Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

ABSTRAK
Tujuan skripsi adalah untuk mendeskripsikan cara pemecahan masalah soal cerita perbandingan matematika secara aljabar oleh siswa kelas VIII SMP.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Subjek dalam penelitian ini ada 4 subjek, terdiri dari 2 siswa laki-laki dan 2 siswi perempuan yang dipilih dari hasil observasi kelas. Data yang diperoleh berupa cara pemecahan masalah. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan memberikan tugas kepada subjek yang dikerjakan secara individu oleh masing-masing subjek, pengamatan secara langsung ketika proses pengerjaan soal, perekaman video, pengumpulan dokumen lembar kerja subjek, dan wawancara dengan subjek secara individual. Soal yang diberikan terdiri atas 4 masalah yang harus dikerjakan oleh masing-masing subjek, tiap masalah berkaitan dengan materi perbandingan untuk siswa SD kelas VI semester 2. Data dianalisis dengan langkah-langkah: (i) transkripsi, (ii) penentuan topik-topik data, (iii) penentuan kategori-kategori data, dan (iv) penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa: (i) cara pemecahan masalah soal cerita perbandingan matematika secara aljabar oleh subjek S1 adalah dengan mengidentifikasi masalah yang disajikan, mendefinisikan ide pokok yang ada dalam masalah sesuai pemahaman subjek, membentuk model matematika, menyelesaikan model matematika, menguji kebenaran dari hasil penyelesaian, serta mengambil kesimpulan dari jawaban pertanyaan; (ii) cara pemecahan masalah perbandingan matematika secara aljabar oleh subjek S2 dan S4 dengan mengidentifikasi masalah yang disajikan, mendefinisikan ide pokok yang ada dalam masalah, berpikir dalam hati mengubah pernyataan perbandingan dari lebih sedikit menjadi lebih banyak dan mencari kuantitas yang terkecil, membentuk
model matematika, menyelesaikan model matematika, mengambil kesimpulan dari penyelesaian, serta melakukan evaluasi keseluruhan pekerjaan; (iii) cara pemecahan masalah soal cerita perbandingan matematika secara aljabar oleh subjek S3 dengan mengidentifikasi masalah, menentukan variabel bagi kuantitas-kuantitas yang terlibat, mencorat-coret untuk mencari pemecahan masalah sampai menemukan pemecahan masalah, mendefinisikan ide pokok dalam bentuk model matematika, mencari nilai variabel-variabel dengan metode perhitungan jumlah perbandingan, melakukan pengujian kebenaran dari hasil jawaban pertanyaan, mengambil kesimpulan dari jawaban pertanyaan, serta melakukan evaluasi keseluruhan pekerjaan; (iv) terdapat kesamaan dan perbedaan cara pemecahan Masalah; (v) terdapat pola pemecahan masalah dalam diri tiap-tiap subjek; (vi) cara pemecahan masalah yang dilakukan oleh keempat subjek sesuai dengan model yang disarankan oleh George Polya; serta (vii) terdapat kelemahan subjek yaitu: ketidakkonsistensian beberapa subjek dalam pemisalan variabel dimana satu variabel digunakan untuk memisalkan dua hal yang berbeda (bagi nama seseorang dan bagi kuantitas tertentu), dan dalam penulisan penarikan kesimpulan masih menggunakan simbol matematika “=”.

Cara Pemecahan Masalah Matematika oleh Siswa SMA Kelas XI dengan Gaya Belajar Auditorial, Visual, dan Kinestetik

Rahmita Ika Sari, 2009. Cara Pemecahan Masalah Matematika oleh Siswa SMA Kelas XI dengan Gaya Belajar Auditorial, Visual, dan Kinestetik. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan bagaimana siswa dengan gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik memecahkan masalah matematika. Subjek penelitian ada 3 orang siswi SMA kelas XI IPS.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Metode ini bertujuan untuk mengungkapkan fenomena dalam keadaan yang seadanya. Data yang dikumpulkan bersifat kualitatif, yang berkaitan dengan cara pemecahan masalah oleh subjek visual, auditorial dan kinestetik. Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuisioner gaya belajar, observasi ketika proses pembelajaran matematika berlangsung melalui rekaman video, pengumpulan dokumen lembar kerja masing-masing dan perekaman video pada wawancara berdasarkan tugas. Soal yang diberikan terdiri dari 2 masalah yang harus dikerjakan oleh masing-masing subjek, tiap masalah berkaitan dengan kaidah pencacahan untuk siswa SMA kelas XI IPS semester 1 yang disajikan dalam bentuk yang sama. Pengumpulan data berlangsung dalam waktu yang berbeda-beda. Pada tanggal 15, 17 dan 22 September 2008, peneliti mengambil data saat kegiatan pembelajaran matematika dengan rekaman video sebagai data pengamatan tidak langsung. Sedangkan pengumpulan data dengan cara pengisian kuisioner dilakukan pada tanggal 17 September 2008. Selain itu, pada tanggal 6 dan 7 Oktober 2008 peneliti melakukan wawancara berdasarkan tugas melalui pengamatan langsung dengan rekaman video. Analisis data dilakukan dengan langkah – langkah sebagai berikut: (i) transkripsi, (ii) penentuan topik-topik data, (iii) penentuan kategori-kategori data, dan (iv) penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian berupa cara-cara pemecahan masalah oleh masing-masing subjek pada tiap-tiap masalah. Selain itu, hasil penelitian ini juga berupa kesamaan dan perbedaan cara pemecahan masalah oleh ketiga subjek pada masalah yang sama. Cara-cara pemecahan masalah ditunjukkan oleh masing-masing subjek sebagai berikut: (i) subjek auditorial memecahkan masalah dengan cara memahami maksud soal. Hal itu dilakukan subjek dengan membaca soal dengan suara perlahan. Kemudian, menyelesaikan masalah soal dan memeriksa pekerjaannya sambil melengkapi jawabannya. (ii) subjek visual memecahkan masalah dengan memahami maksud soal dengan cara membaca dalam hati dan menyajikan secara skema verbal apa yang diketahui dalam soal. Setelah itu, subjek mengeksplorasi berbagai alternatif penyelesaian soal, memeriksa skema yang telah subjek sajikan dan memutuskan untuk menghentikan proses penyelesaian soal, (iii) subjek kinestetik memecahkan masalah dengan cara memahami maksud soal. Pemahaman soal dilakukan dengan cara membaca dalam hati sambil memegang pena untuk menunjuk kata-kata yang dibacanya. Selain itu, subjek juga mencoba untuk menyederhanakan soal menjadi bentuk skema gambar anak panah agar mudah dipahami. Setelah subjek dapat memahami maksud soal, kemudian subjek menyelesaikan masalah soal dengan melakukan operasi perkalian dan penjumlahan, mencari-cari gagasan baru untuk melanjutkan penyelesaiannya, melengkapi penyelesaian soal dan memeriksa kembali penyelesaiannya.

Rangkaian Kegiatan Guru dalam Pembelajaran Matematika yang Mengintegrasikan Penumbuhan Kecakapan Vokasional Siswa SMP

Maria Magdalena Yunika Nugraheni, 2009. Rangkaian Kegiatan Guru dalam Pembelajaran Matematika yang Mengintegrasikan Penumbuhan Kecakapan Vokasional Siswa SMP. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan rangkaian kegiatan guru dalam pembelajaran matematika yang mengintegrasikan penumbuhan kecakapan vokasional pada siswa SMP.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif yang bertujuan untuk mengungkap fenomena dalam keadaan yang seadanya. Data yang dikumpulkan bersifat kualitatif, yang berkaitan dengan pembelajaran di dalam kelas. Pembelajaran di kelas dilaksanakan 2 kali. Berdasarkan data tersebut diungkap rangkaian kegiatan guru dalam memfasilitasi pembelajaran yang mengembangkan kecakapan vokasional. Subyek penelitian adalah guru bidang studi matematika kelas VII SMP Pangudi Luhur Giriwoyo pada saat melakukan kegiatan belajar-mengajar pada topik garis dan sudut. Penelitian ini dilaksanakan pada kelas VII selama lima kali pertemuan yang dimulai pada tanggal 15 Agustus 2008 sampai dengan 21 Agustus 2008, setiap pertemuan terdiri dari 2 jam pelajaran atau 90 menit. Pengumpulan data diperoleh dengan cara merekam kegiatan pembelajaran menggunakan handy-cam. Data-data yang dihasilkan dianalisis melalui proses analisis data yaitu (1) transkripsi, (2) penentuan topik-topik data, (3) penentuan kategori data, dan (4) penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian berupa deskripsi rangkaian kegiatan guru dalam pembelajaran matematika yang mengintegrasikan penumbuhan kecakapan vokasional pada siswa SMP pada topik garis dan sudut tersebut meliputi : (1) Rangkaian kegiatan guru pada pertemuan III dan (2) Rangkaian kegiatan guru pada pertemuan IV. Rangkaian kegiatan guru pada pertemuan III meliputi: (1) Menggali pengalaman siswa berdasarkan LKS 1 dan 2 yang sudah dikerjakan oleh siswa sesuai kegiatan membuat produk kerajinan di sentra produksi, (2) Mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari, (3) Membimbing siswa dalam mengerjakan LKS. Sedangkan rangkaian kegiatan guru pada pertemuan IV meliputi: (1) Rangkaian kegiatan mengingatkan siswa tentang pembelajaran pada pertemuan III, (2) Rangkaian kegiatan memfasilitasi siswa memahami materi garis dan sudut, (3) Rangkaian kegiatan mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari, (4) Rangkaian kegiatan membimbing siswa dalam mengerjakan LKS 3 dan Latihan pada buku paket.

Minggu, 26 April 2009

Pendekatan dan Strategi Pembelajaran Sesuai KTSP

Secara umum terdapat 4 macam pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan prinsip-prinsip KTSP dalam pelaksanaan pembelajaran, yaitu:
  1. Pembelajaran Langsung;
  2. Pembelajaran Kontekstual;
  3. Pembelajaran Berbasis Masalah;
  4. Pembelajaran Kooperatif.

Pembelajaran Langsung
Pendekatan pembelajaran ini bertujuan mengembangkan penguasaan pengetahuan/ketrampilan melalui penyajian langsung oleh guru. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan langkah-langkah kegiatan guru sebagai berikut:
  1. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa;
  2. Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan;
  3. Membimbing siswa berlatih menerapkan pengetahuan/ketrampilan;
  4. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik;
  5. Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan.

Pembelajaran Kontekstual
Pendekatan pembelajaran ini bertujuan mengkaitkan materi ajar dengan situasi dunia nyata yang dikenal siswa. Kegiatan pembelajaran melibatkan kegiatan-kegiatan guru sebagai berikut:
  1. Kegiatan memfasilitasi;
  2. Kegiatan mendorong penyelidikan (inquiry);
  3. Kegiatan merangsang bertanya;
  4. Kegiatan membentuk komunitas belajar (learning community);
  5. Kegiatan pemodelan;
  6. Kegiatan mendorong refleksi;
  7. Kegiatan penilaian otentik.

Pembelajaran Berbasis Masalah
Pendekatan pembelajaran ini memulai pembelajaran dengan pemecahan masalah yang penting dan cocok bagi siswa. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan langkah-langkah kegiatan guru sebagai berikut:
  1. Persiapan: menyusun masalah yang akan dijadikan titik pangkal (starting point) pembelajaran;
  2. Orientasi: menyajikan masalah di kelas dan Memberi kesempatan kepada siswa untuk memahami situasi atau maksud masalah;
  3. Eksplorasi: memberi kesempatan kepada siswa untuk memecahkan masalah dengan strategi yang diciptakan sendiri oleh siswa;
  4. Negosiasi: mendorong para siswa untuk mengkomunikasikan dan mendiskusikan proses dan hasil pemecahan masalah, sehingga diperoleh gagasan-gagasan atau tindakan-tindakan yang dapat diterima kelas.
  5. Integrasi: memandu siswa untuk merefleksikan proses pemecahan masalah, serta merumuskan hasil-hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan pemecahan masalah.

Pembelajaran Kooperatif
Pendekatan pembelajaran ini memanfaatkan kelompok-kelompok kecil siswa yang bekerja bersama untuk mencapai sasaran belajar, dan memungkinkan siswa memaksimalkan proses belajar satu sama lain. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan teknik-teknik antara lain sebagai berikut:
  1. Teknik Sebaran Prestasi (Student Teams-Achievement Division): Siswa berkelompok mengerjakan soal latihan dalam lembar kerja. Tiap kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang, yang terdiri dari seorang berkemampuan rendah, seorang berkemampuan tinggi, dan sisanya berkemampuan sedang. Setelah semua kelompok selesai bekerja, guru memberi kunci jawaban soal dan meminta diminta memeriksa hasil kerja. Kemudian guru mengadakan ulangan/kuis.
  2. Teknik Susun Gabung (Jigsaw): Dalam kelompok, tiap-tiap siswa mempelajari satu bagian materi pelajaran dan kemudian menjelaskan bagian itu kepada semua anggota kelompok. Kemudian guru mengadakan ulangan/kuis.
  3. Teknik Penyelidikan Berkelompok (Group Investigation): Tiap-tiap kelompok mempelajari satu bagian materi pelajaran dan kemudian menjelaskan bagian itu kepada semua siswa di kelas.
  4. Teknik Cari Pasangan: Tiap siswa di kelas memperoleh 1 lembar kartu. Tiap kartu berisi 1 bagian materi pelajaran. Kemudian mereka harus mencari siswa-siswa pemegang kartu yang isinya berkaitan dengan isi kartunya. Para siswa yang isi kartunya berkaitan lalu berkelompok dan mendiskusikan keseluruhan materi.
  5. Teknik Tukar Pasangan: Siswa berkelompok mengerjakan soal latihan dalam lembar kerja. Kemudian mereka berganti pasangan kelompok, dan mendiskusikan hasil kerja dari kelompok semula.

Strategi Pembelajaran Terbaik
Strategi pembelajaran yang terbaik adalah mengurangi pendekatan pembelajaran langsung, dan meningkatkan penggunaan pendekatan-pendekatan pembelajaran kontekstual, berbasis masalah, dan kooperatif. Kiat-kiat menerapkan strategi tersebut disarankan sebagai berikut:
  1. Pendekatan pembelajaran kontekstual paling baik digunakan untuk mengajar materi baru. Dilaksanakan dengan cara melibatkan kegiatan penyelidikan, bertanya, membangun komunitas belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian otentik.
  2. Pendekatan pembelajaran langsung dimodifikasi, yaitu dengan melibatkan partisipasi dan inisiatif siswa. Hal ini paling baik digunakan untuk mengajar materi lanjutan (bukan materi baru).
  3. Pendekatan berbasis masalah paling baik digunakan untuk latihan penerapan pengetahuan/ketrampilan. Dilaksanakan dengan 5 langkah: persiapan, orientasi, eksplorasi, negosiasi, dan integrasi.
  4. Pendekatan kooperatif paling baik digunakan untuk membuat variasi kegiatan pembelajaran di kelas. Dilaksanakan dengan pola: I-I-K1-I-I-K2-I-I-K3-I-I-K4-I-I-K5-I-I-K1-I-I-K2-I-I-K3-I-I-K4-I-I-K5-I-I-K1-... dst.
  5. Pendekatan pembelajaran langsung paling baik digunakan untuk menyiapkan siswa menghadapi ulangan tengah semester/akhir semester/kenaikan kelas atau ujian.


Susento
18 Juli 2007

Sabtu, 25 April 2009

Pelatihan Tim Litbang Sekolah-sekolah Theresiana Semarang


Pada tanggal 13 – 15 April 2009, Pusat Penelitian dan Pelayanan Pendidikan Universitas Sanata Dharma (P4-USD) menyelenggarakan pelatihan Tim Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Sekolah-sekolah Theresiana Semarang. Pelatihan yang berlangsung di ruang seminar LPPM kampus Universitas Sanata Dharma tersebut, diikuti oleh 5 orang, yang terdiri dari ketua dan para anggota Tim Litbang Sekolah-sekolah Theresiana. Narasumber pelatihan adalah Dr. Praptomo Baryadi I., M.Hum. dan Dr. Susento, M.S. Pelatihan ini merupakan salah satu program dalam rangka kerjasama antara Sekolah-sekolah Theresiana dan P4-USD yang telah berlangsung sejak tahun 2008.

Sekolah-sekolah Theresiana merupakan sekolah-sekolah milik Keuskupan Agung Semarang yang dikelola oleh Direktorat Sekolah-sekolah Theresiana di bawah Yayasan Bernardus. Direktorat ini dipimpin oleh Rm. Drs. Ag. Tri Hartono, Pr., MA. Sekolah-sekolah Theresiana meliputi 17 unit sekolah, terdiri dari TK, SD, SMP, SMA, Sekolah Menengah Farmasi, Sekolah Menengah Analis Kesehatan, dan Sekolah Menengah Farming. Sekolah-sekolah tersebut berlokasi di kota Semarang (11 unit), Bedono (2 unit), Bandungan (1 unit), Sumowono (1 unit), Salatiga (1 unit), dan Weleri (1 unit). Sekolah-sekolah Theresiana merupakan salah satu dari sedikit sekolah yang telah memiliki Tim Litbang. Bahkan cikal bakal Tim Litbang ini telah ada sejak tahun 2004, dan mulai melembaga pada tahun 2007. Mulai tahun 2008, Tim Litbang ini memperoleh pendampingan dari P4-USD.

Pelatihan Tim Litbang selama 3 hari bertujuan untuk meningkatkan kompetensi Tim Litbang dalam kaitannya dengan: [1] pemahaman akan peranan penting tim litbang sekolah, [2] pengelolaan organisasi tim litbang sekolah, [3] ketrampilan metodologis penelitian dan pengembangan, serta [4] penyusunan program dan proposal pengembangan sekolah. Pada masa sekarang, kehadiran tim litbang di sekolah menjadi sangat penting, sesuatu yang belum dirasakan urgensinya di masa lalu. Hal ini dikarenakan adanya: [1] penerapan manajemen berbasis sekolah (school-based management), [2] implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dan [3] kesadaran akan pengelolaan mutu sekolah berbasis manajemen mutu terpadu (total quality management – TQM). Litbang sekolah juga disadari urgensinya karena dipicu oleh situasi kompetitif yang semakin terasa di antara sekolah-sekolah.

Litbang sekolah bukanlah sekadar kegiatan penelitian tentang atau untuk keperluan sekolah. Pada dasarnya, litbang sekolah adalah kegiatan kreatif menggunakan prinsip-prinsip penelitian yang melibatkan seluruh komunitas sekolah dalam menghasilkan proses/produk pendidikan yang baru atau yang lebih baik, dalam rangka mengatasi masalah sekolah. Dengan demikian, fungsi atau tugas utama tim litbang sekolah meliputi: [1] identifikasi masalah kelembagaan sekolah, [2] evaluasi mutu proses dan produk pendidikan, [3] penyusunan program penguatan lembaga sekolah, serta [4] penyusunan program peningkatan mutu sekolah.

Pergeseran Paradigma Melandasi KTSP

Berdasarkan prinsip-prinsip pengembangan KTSP, pelaksanaan KTSP dan pelaksanaan pembelajaran tiap-tiap mata pelajaran, dapat disimpulkan bahwa dalam KTSP kegiatan pembelajaran mempunyai karakteristik sebagai berikut:
  1. Berpusat pada peserta didik;
  2. Mengembangkan kreativitas;
  3. Menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang;
  4. Kontekstual;
  5. Menyediakan pengalaman belajar yang beragam;
  6. Belajar melalui berbuat.
Prinsip-prinsip dan karakteristik pembelajaran di atas memperlihatkan adanya pergeseran paradigma dari Paradigma Pengajaran ke Paradigma Pembelajaran. Dalam Paradigma Pengajaran, proses pendidikan menekankan peranan aktif pendidik dalam mentransfer pengetahuan ke peserta didik. Sedangkan dalam Paradigma Pembelajaran, proses pendidikan menekankan peranan aktif pendidik dalam menciptakan lingkungan yang mendukung terjadinya proses belajar dalam diri siswa.

Pergeseran paradigma di atas terjadi karena adanya:
  1. Perkembangan psikologi belajar;
  2. Perkembangan teori belajar;
  3. Perkembangan teori kecerdasan manusia;
  4. Revolusi informasi.
Perkembangan psikologi belajar
Dalam masa 100 tahun terakhir di dunia telah terjadi perkembangan psikologi belajar sebagai berikut (Mayer, 1999):
  1. Psikologi belajar behaviorisme (1900-an – 1940-an): Belajar adalah penguatan respon. Dalam belajar, siswa berperan sebagai penerima reinforcement, sementara guru berperan sebagai pengelola reinforcement. Jadi proses belajar-mengajar berpusat pada guru.
  2. Psikologi belajar kognitivisme (1950-an – 1970-an): Belajar adalah pemerolehan pengetahuan. Dalam belajar, siswa berperan sebagai penghafal informasi yaitu menyimpan informasi ke dalam long term memory, sementara guru berperan sebagai penyaji informasi sejelas mungkin agar mudah ditangkap siswa. Di sini proses belajar-mengajar berpusat pada bahan (content) pelajaran.
  3. Psikologi belajar konstruktivisme (1980-an – sekarang): Belajar adalah prose konstruksi pengetahuan dalam pikiran siswa. Dalam belajar, siswa berperan sebagai pembangun makna, sementara guru berperan sebagai fasilitator untuk menjamin proses konstruksi dapat berlangsung efektif. Ini berarti proses belajar-mengajar berpusat pada siswa.
Perkembangan teori belajar
Teori-teori terkini mengenai belajar merupakan perpaduan (integrasi) dari teori-teori sebagai berikut:
  1. Teori Kognitif: Belajar merupakan proses pembentukan asosiasi dalam pikiran.
  2. Teori Interaksional: Belajar merupakan proses pembentukan makna simbolik secara interaktif.
  3. Teori Sosio-kultural: Belajar merupakan proses pembentukan perilaku secara sosial dan kultural.
Perkembangan teori kecerdasan manusia
Teori tentang kecerdasan manusia mengalami perkembangan. Mulai dekade 1950-an, berkembang teori kecerdasan intelektual sebagai satu-satunya jenis kecerdasan yang dikenal. Namun mulai dekade 1980-an, disepakati oleh kalangan psikologi adanya teori kecerdasan majemuk (multiple intelligences). Menurut teori ini, kecerdasan manusia merupakan kombinasi dari 8 macam kecerdasan, yaitu kecerdasan logika-matematika, bahasa, musikal, visual-spasial, kinestetik, interpersonal, intrapersonal, dan lingkungan-alam.

Revolusi informasi
Perkembangan teknologi komputer yang sangat pesat telah menimbulkan revolusi informasi, yaitu kemampuan penyimpanan, pengolahan dan penyajian informasi dengan kapasitas memori sangat besar, kecepatan sangat tinggi, dan dengan biaya semakin murah. Revolusi informasi di negara-negara maju mengakibatkan perubahan paradigma mengenai tujuan pendidikan, yaitu dari Paradigma Penguasaan Pengetahuan menjadi Paradigma Pemecahan Masalah.

Susento
18 Juli 2007

Jumat, 24 April 2009

Prinsip-prinsip KTSP

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan berdasarkan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan yang ditetapkan oleh Depdiknas. KTSP dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah di bawah koordinasi dan supervisi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.

KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya:
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.
b. Beragam dan terpadu:
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi.
c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni:
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan:
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.
e. Menyeluruh dan berkesinambungan:
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.
f. Belajar sepanjang hayat:
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah:
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pelaksanaan KTSP di sekolah menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya. Dalam hal ini peserta didik harus mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis dan menyenangkan.
b. Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar, yaitu: (a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b) belajar untuk memahami dan menghayati, (c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, (d) belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, dan (e) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
c. Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan/atau percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisi peserta didik dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi ke-Tuhanan, keindividuan, kesosialan, dan moral.
d. Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat, dengan prinsip tut wuri handayani, ing madia mangun karsa, ing ngarsa sung tulada (di belakang memberikan daya dan kekuatan, di tengah membangun semangat dan prakarsa, di depan memberikan contoh dan teladan).
e. Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, dengan prinsip alam takambang jadi guru (semua yang terjadi, tergelar dan berkembang di masyarakat dan lingkungan sekitar serta lingkungan alam semesta dijadikan sumber belajar, contoh dan teladan).
f. Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal.
g. Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri diselenggarakan dalam keseimbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok dan memadai antarkelas dan jenis serta jenjang pendidikan.

Secara khusus tiap-tiap mata pelajaran dalam KTSP dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran tertentu.

Prinsip-prinsip pembelajaran Matematika:
a. Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika;
b. Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem).

Prinsip-prinsip pembelajaran Fisika:
a. Proses pembelajaran menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah;
b. Pembelajaran Fisika dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup.

Prinsip-prinsip pembelajaran Biologi:
a. Proses pembelajaran menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah;
b. Mata pelajaran Biologi dikembangkan melalui kemampuan berpikir analitis, induktif, dan deduktif untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar.

Prinsip-prinsip pembelajaran Kimia:
a. Pembelajaran kimia dan penilaian hasil belajar kimia harus memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai proses dan produk;
b. Tujuan mata pelajaran Kimia dicapai oleh peserta didik melalui berbagai pendekatan, antara lain pendekatan induktif dalam bentuk proses inkuiri ilmiah pada tataran inkuiri terbuka;
c. Pembelajaran kimia menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.
Susento
18 Juli 2007

Kamis, 23 April 2009

Contoh-contoh PTK

Peningkatan Pemahaman Konsep Pemantulan dan Pembiasan Melalui Alat Peraga Penjejak Sinar Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Sagaranten (Iman Sofyani, 2008)
http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi/skripsi-lainnya/peningkatan-pemahaman-konsep-pemantulan-dan-pembiasan-melalui-alat-peraga-penjejak-sinar-siswa-

Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar IPS SD dalam Rangka Meningkatkan Prestasi Belajar (Sri Sopyati, 2008)
http://one.indoskripsi.com/skripsi/judul-skripsi-jurusan/skripsi-lainnya?page=4

Penigkatan Hasil Belajar Pada Konsep Daur Hidup Hewan dengan Menggunakan Media Gambar pada siswa kelas 1V SD Negeri 012 Basilam Baru Tahun Ajaran 2007-2008 (Rahmat Parozi, 2008)
http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi/skripsi-lainnya/penigkatan-hasil-belajar-pada-konsep-daur-hidup-hewan-dengan-menggunakan-media-gambar-pada-sisw

Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Fisika Melalui Pengefektifan Penggunaan Alat Peraga pada Kompetensi Dasar Kinematika di Kelas (Erast, 2008)
http://one.indoskripsi.com/skripsi/judul-skripsi-jurusan/skripsi-lainnya?page=18

Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Luas Bangun Datar bagi Siswa Kelas V Sekolah Dasar Tarakanita 5 Rawamangun Jakarta
(Caesila Endang Susilaningsih & Ingridwati Kurnia, 2007)
http://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?tabID=61&src=k&id=133482

Penggunaan Varlasi Sumber Belajar dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep Ilmu Pengetahuan Alam Siswa Kelas V-C SD Tarakanita I Jakarta
(Titik Dwi Cahyani & Vitriyani Pryadarsina, 2007)
http://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?tabID=61&src=k&id=137731

Sistematika Proposal PTK

Sistematika proposal penelitian tindakan kelas (PTK) dapat mengikuti ketentuan dari Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DP3M) Ditjen Dikti. Ketentuan tersebut disajikan di bawah ini.

A. JUDUL PENELITIAN
Judul penelitian hendaknya singkat dan spesifik tetapi cukup jelas mewakili gambaran tentang masalah yang akan diteliti dan tindakan yang dipilih untuk menyelesaikan atau sebagai solusi terhadap masalah yang dihadapi.

B. BIDANG ILMU
Tuliskan bidang ilmu Ketua Peneliti berdasarkan Jurusan.

C. PENDAHULUAN
Kemukakan secara jelas bahwa masalah yang diteliti merupakan sebuah masalah yang nyata terjadi di sekolah dan diagnosis oleh guru dan/atau tenaga kependidikan lainnya di sekolah. Masalah yang akan diteliti merupakan sebuah masalah penting dan mendesak untuk dipecahkan, serta dapat dilaksanakan dilihat dari segi ketersediaan waktu, biaya, dan daya dukung lainnya yang dapat memperlancar penelitian tersebut. Setelah didiagnosis (diidentifikasi) masalah penelitiannya, maka selanjutnya perlu diidentifikasi dan dideskripsikan secara cermat akar penyebab dari masalah tersebut. Penting juga digambarkan situasi kolaboratif antar anggota peneliti dalam mencari masalah dan akar penyebab munculnya masalah tersebut. Di samping itu, prosedur dan alat yang digunakan dalam melakukan identifikasi (inventarisasi) perlu dikemukakan secara jelas dan sistematis.

D. PERUMUSAN MASALAH
Rumuskan masalah penelitian dalam bentuk suatu rumusan penelitian tindakan kelas. Dalam perumusan masalah dapat dijelaskan definisi, asumsi, dan lingkup yang menjadi batasan penelitian. Rumusan masalah sebaiknya menggunakan kalimat tanya dengan mengajukan alternatif tindakan yang akan diambil dan hasil positif yang diantisipasi.

E. CARA PEMECAHAN MASALAH
Uraikan pendekatan dan konsep yang digunakan untuk menjawab masalah yang diteliti, sesuai dengan kaidah penelitian tindakan kelas. Cara pemecahan masalah telah menunjukkan akar penyebab permasalahan dan bentuk tindakan (action) yang ditunjang dengan data yang lengkap dan baik.

F. TINJAUAN PUSTAKA
Uraikan dengan jelas kajian teori dan pustaka yang menumbuhkan gagasan yang mendasari penelitian yang akan dilakukan. Kemukakan teori, temuan dan bahan penelitian lain yang dipahami sebagai acuan, yang dijadikan landasan untuk menunjukkan ketepatan tentang tindakan yang akan dilakukan dalam mengatasi permasalahan penelitian tersebut. Uraian ini digunakan untuk menyusun kerangka berpikir atau konsep yang akan digunakan dalam penelitian. Pada bagian akhir dikemukakan hipotesis tindakan yang menggambarkan tingkat keberhasilan tindakan yang diharapkan/diantisipasi.

G. TUJUAN PENELITIAN
Kemukakan secara singkat tentang tujuan penelitian yang ingin dilakukan dengan mendasarkan pada permasalahan yang dikemukakan. Tujuan umum dan khusus diuraikan dengan jelas, sehingga tampak keberhasilannya.

H. KONTRIBUSI HASIL PENELITIAN
Uraikan kontribusi hasil penelitian terhadap kualitas pendidikan dan/atau pembelajaran, sehingga tampak manfaatnya bagi siswa, guru, maupun komponen pendidikan di sekolah lainnya. Kemukakan inovasi yang akan dihasilkan dari penelitian ini.

I. METODE PENELITIAN
Uraikan secara jelas prosedur penelitian yang akan dilakukan. Kemukakan obyek, latar waktu dan lokasi penelitian secara jelas. Prosedur hendaknya dirinci dari perencanaan-tindakan-observasi/evaluasi-refleksi, yang bersifat daur ulang atau siklis. Tunjukkan siklus-siklus kegiatan penelitian dengan menguraikan tingkat keberhasilan yang dicapai dalam satu siklus sebelum pindah ke siklus lainnya. Jumlah-jumlah siklus diusahakan lebih dari satu siklus, meskipun harus diingat juga jadwal kegiatan belajar di sekolah (cawu/semester).

J. JADWAL PENELITIAN
Buatlah jadwal kegiatan penelitian yang meliputi kegiatan persiapan, pelaksanaan, dan penyusunan laporan hasil penelitian dalam bentuk bar chart.

K. PERSONALIA PENELITIAN
Sebutkan jumlah personalia penelitian serta rincian nama dan lembaga yang bersangkutan. Uraikan peran dan jumlah waktu yang digunakan dalam setiap bentuk kegiatan penelitian yang dilakukan.

LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Daftar Pustaka.
2. Riwayat Hidup Peneliti



Sumber: DP3M Ditjen Dikti

Persiapan dan Pelaksanaan PTK

Persiapan PTK
Untuk mempersiapkan penelitian tindakan kelas (PTK), perlu dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a. Identifikasi masalah: Menemukan masalah dalam proses pembelajaran di kelas berdasarkan gejala-gejala yang nampak.
b. Analisis masalah: Memilah-milah masalah dan berbagai kemungkinan penyebabnya.
c. Perumusan masalah: Menyatakan masalah secara singkat, lengkap, dan jelas.
d. Perumusan hipotesis tindakan: Menyatakan secara singkat, lengkap, dan jelas tindakan yang diduga paling besar kemungkinannya dapat mengatasi masalah.

Pelaksanaan PTK
PTK dilaksanakan melalui siklus-siklus kegiatan. Tiap-tiap siklus terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:
a. Perencanaan tindakan:
Menyusun rencana tindakan untuk menguji secara empiris hipotesis tindakan. Rencana tindakan mencakup semua langkah tindakan secara rinci, segala keperluan untuk melaksanakan tindakan, dan berbagai kendala yang mungkin timbul beserta cara mengatasinya.
b. Pelaksanaan tindakan:
Melaksanakan semua rencana tindakan dalam proses pembelajaran di kelas.
c. Observasi tindakan:
Mengamati pelaksanaan tindakan. Observasi bertujuan untuk mengumpulkan data yang berisi tentang pelaksanaan tindakan dan dampaknya terhadap proses dan hasil pembelajaran. Dalam melaksanakan observasi, guru bisa dibantu oleh pengamat luar (teman sejawat atau orang yang berkompeten).
d. Refleksi terhadap tindakan:
Memproses data yang diperoleh dari observasi tindakan. Data yang diperoleh ditafsirkan, dianalisis dan disimpulkan. Refleksi dapat dilakukan guru dengan bantuan pengamat atau orang lain yang berkompeten. Berdasarkan hasil refleksi kemudian dilakukan evaluasi terhadap tindakan, yaitu untuk menilai sejauh mana tindakan telah dapat mengatasi masalah pembelajaran yang diteliti. Jika tindakan telah dapat mengatasi masalah, maka tahap PTK selesai. Jika tindakan belum dapat mengatasi masalah, maka tahap PTK masih dilanjutkan ke siklus kegiatan yang baru.

Susento
6 April 2009

Model-model Penelitian Tindakan Kelas

Berdasarkan pendapat Oja dan Smulyan (1989), Wibawa (2003) membedakan adanya empat model penelitian tindakan kelas ( PTK), yaitu:
a. Guru sebagai peneliti;
b. PTK kolaboratif;
c. PTK simultan-terintegrasi;
d. PTK administrasi sosial eksperimental.

Model Guru Sebagai Peneliti
Guru sebagai peneliti memiliki ciri penting yaitu sangat berperannya guru itu sendiri dalam proses PTK. Dalam bentuk ini tujuan utama PTK ialah untuk meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas di mana guru terlibat secara penuh dalam proses perencanaan, aksi (tindakan), dan refleksi. Dalam bentuk penelitian yang demikian, guru mencari problema sendiri untuk dipecahkan melalui penelitian seperti ini, peranannya tidak dominan. Sebaliknya keterlibatan pihak lain dari luar hanya bersifat konsultatif dalam mencari dan mempertajam persoalan-persoalan pembelajaran yang dihadapi oleh guru yang sekiranya layak untuk dipecahkan melalui PTK.

Model PTK Kolaboratif
PTK kolaboratif melibatkan beberapa pihak baik guru, kepala sekolah, maupun peneliti lain (misalnya dosen LPTK) secara serentak dengan tujuan untuk meningkatkan praktek pembelajaran, menyumbang pada perkembangan teori, dan peningkatan karier guru. PTK selalu dirancang dan dilaksanakan oleh tim yang terdiri dari guru, peneliti, dan atau kepala sekolah. Hubungan antara guru dan dosen bersifat kemitraan, sehingga mereka dapat duduk bersama untuk memikirkan persoalan-persoalan yang akan diteliti; mereka secara bersama bertindak sebagai inovator.

Model PTK Simultan-terintegrasi
PTK simultan-terintegrasi mempunyai dua tujuan utama: memecahkan persoalan praktis dalam pembelajaran, dan juga untuk menghasilkan pengetahuan yang ilmiah dalam bidang pembelajaran di kelas. Dalam PTK ini, guru dilibatkan pada proses penelitian kelasnya, terutama pada aspek aksi dan refleksi terhadap praktek-praktek pembelajaran dikelas. Meskipun demikian, persoalan-persoalan pembelajaran yang diteliti datang dan diidentifikasikan oleh peneliti dari luar. Jadi dalam bentuk ini guru bukan inovator dalam penelitian ini. Sebaliknya yang mengambil posisi inovator adalah peneliti lain di luar guru.

Model PTK Administrasi Sosial-eksperimental
PTK administrasi sosial eksperimental lebih menekankan dampak kebijakan dan praktek. Dalam bentuk ini guru tidak dilibatkan dalam perencanaan, aksi, dan refleksi terhadap praktek pembelajarannya sendiri di dalam kelas. Jadi guru tidak banyak memberikan masukan pada proses penelitian. Tanggung jawab penuh pelaksanaan PTK terletak pada pihak luar, meskipun obyek penelitian itu terletak di dalam kelas tertentu.

Susento
6 April 2009

Pentingnya Penelitian Tindakan Kelas

Tujuan utama penelitian tindakan kelas (PTK) adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas praktek pembelajaran. Perbaikan dan peningkatan kualitas dilakukan oleh guru melalui serangkaian tindakan yang dirancang, dilaksanakan, dan dievaluasi.

Website PPPG Tertulis Bandung memberikan beberapa alasan mengapa PTK banyak mendapat perhatian akhir-akhir ini, yaitu:
a. Jenis penelitian ini mampu menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatakan profesionalisme guru dalam pembelajaran di kelas dengan melihat berbagai indikator keberhasilan proses dan hasil belajar yang terjadi pada siswa.
b. Dalam PTK guru meneliti sendiri terhadap praktek pembelajaran yang ia lakukan di kelas, sehingga guru dapat memperbaiki praktek-praktek pembelajaran menjadi lebih efektif.
c. PTK tidak harus membebani guru dalam tugas kesehariannya, karena dilakukan secara integratif dengan kegiatan guru sehari-hari.
d. PTK juga dapat menjembatani kesenjangan antara teori dan praktek pendidikan.
e. Melalui PTK guru juga dapat melihat, merasakan, dan menghayati apakah praktek-praktek pembelajaran yang selama ini dilakukan memiliki efektifitas yang tinggi.

Menurut Wibawa (2003), PTK merupakan suatu kebutuhan bagi guru untuk meningkatkan profesionalitasnya. Beberapa alasan untuk hal ini adalah:
a. PTK membuat guru menjadi peka dan tanggap terhadap dinamika pembelajaran di kelasnya. Guru menjadi reflektif dan kritis terhadap apa yang dia dan muridnya lakukan.
b. PTK meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi profesional. Guru tidak hanya sebagai praktisi, yang sudah merasa puas terhadap apa yang dikerjakan selama bertahun-tahun tanpa ada upaya perbaikan dan inovasi, namun juga sebagai peneliti di bidangnya.
c. Dengan melaksanakan tahapan-tahapan dalam PTK, guru mampu memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian terhadap apa yang terjadi di kelasnya.
d. Pelaksanaan PTK tidak mengganggu tugas pokok guru karena dia tidak perlu meninggalkan kelasnya. PTK merupakan suatu kegiatan penelitian yang terintegrasi dengan pelaksanaan proses pembelajaran.
e. Dengan melaksanakan PTK, guru menjadi kreatif karena selalu dituntut untuk melakukan upaya-upaya inovasi dalam melaksanakan atau menyesuaikan berbagai teori dan teknik pembelajaran serta bahan ajar yang dipakainya.

Menurut Wibawa (2003), pelaksanaan PTK oleh guru akan meningkatkan mutu hasil pengajaran, mengembangkan ketrampilan guru, meningkatkan relevansi dan efisiensi pengelolaan pembelajaran, dan menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru. Website PPPG Tertulis Bandung menjelaskan manfaat PTK sebagai berikut:
a. Inovasi pembelajaran. Dalam inovasi pembelajaran guru perlu selalu mencoba untuk mengubah, mengembangkan, dan meningkatkan gaya mengajarnya agar mampu melahirkan model pembelajaran yang sesuai dengan tuntuan kelasnya. Dalam konteks ini, guru selalu berhadapan dengan siswa yang berbeda dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu, jika guru melakukan PTK dari kelasnya sendiri, dan berangkat dari persoalannya sendiri, kemudian menghasilkan solusi terhadap persoalan tersebut, maka secara tidak langsung telah terlibat dalam proses inovasi pembelajaran.
b. Pengembangan kurikulum di sekolah dan di kelas. Untuk kepentingan pengembangan kurikulum pada level kelas, PTK akan sangat bermanfaat sebagai salah satu sumber masukan. Hal ini terjadi karena, proses reformasi kurikulum secara teoritik tidak netral. Sebaliknya proses tersebut akan dipengaruhi oleh gagasan-gagasan yang saling berhubungan mengenai hakikat pendidikan, pengetahuan, dan pengajaran. PTK dapat membantu guru untuk lebih dapat memahami hakikat tersebut secara empirik, dan bukan sekedar pemahaman yang bersifat teoritik.
c. Peningkatan profesionalisme guru. Guru yang profesional, tidak akan merasa enggan melakukan berbagai perubahan dalam praktek pembelajaran sesuai dengan kondisi kelasnya. PTK merupakan salah satu media yang dapat digunakan oleh guru untuk memahami apa yang terjadi di kelas, dan kemudian meningkatkannya menuju ke arah perbaikan-perbaikan secara profesional. Guru yang profesional perlu melihat dan menilai sendiri secara kritis terhadap praktek pembelajarannya di kelas. Dengan melihat unjuk kerjanya sendiri, kemudian merefleksikan, dan lalu diperbaiki, guru pada akhirnya akan mendapat otonomi secara profesional.


Susento
5 April 2009

Apa yang dimaksud Penelitian Tindakan Kelas?

Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan (action research) pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial Amerika Serikat Kurt Lewin pada tahun 1946. Gagasan Lewin selanjutnya dikembangkan oleh ahli-ahli lain, seperti Kemmis, McTaggart, Elliot, dan Ebbutt (Wibawa, 2003). Menurut Elliot (dalam Wibawa, 2003), penelitian tindakan adalah kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan di dalamnya. Senada dengan itu, Kemmis & McTaggart (dalam Wibawa, 2003) berpendapat bahwa penelitian tindakan adalah suatu bentuk refleksi diri secara kolektif yang dilakukan oleh anggota-anggota komunitas dalam situasi sosial untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan praktek-praktek sosial.

Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan bentuk khusus dari penelitian tindakan. Kekhususannya terletak pada: (1) situasi sosial yang dimaksud adalah situasi kelas, dan (2) tindakan atau praktek yang dimaksud adalah pembelajaran dalam kelas tersebut. Dengan demikian, PTK adalah kajian yang dilakukan secara sistematis dan reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar-mengajar, yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran (Wibawa, 2003). Menurut Website PPPG Tertulis Bandung, PTK adalah bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional.


Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Website PPPG Tertulis Bandung, setidaknya ada dua karakteristik (ciri khas) PTK, yaitu :
a. Permasalahan yang diangkat untuk dipecahkan melalui PTK harus selalu berangkat dari persoalan praktek pembelajaran sehari-hari yang dihadapi guru. Oleh karena itu, PTK dapat dilaksanakan jika guru sejak awal memang menyadari adanya persoalan yang terkait dengan proses dan hasil pembelajaran yang ia hadapi di kelas. Kemudian dari persoalan itu, guru menyadari pentingnya persoalan tersebut untuk dipecahkan secara profesional.
b. PTK diindikasikan oleh adanya tindakan-tindakan (aksi) tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas. Tanpa tindakan tertentu guru juga dapat melakukan penelitian di dalam kelas, yang disebut “penelitian kelas.” Oleh karena itu, ciri khas PTK terletak pada adanya tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang ada.

Wibawa (2003) menyebutkan beberapa karakteristik PTK, yaitu:
a. didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran;
b. adanya kolaborasi dengan teman sejawat atau orang lain yang berkompeten dalam pelaksanaannya;
c. peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi;
d. bertujuan memperbaiki dan meningkatkan kualitas praktek pembelajaran;
e. dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus.


Susento
4 April 2009

P4-USD, PIPO, dan PPM Merintis Penelitian Interdisipliner


3 pusat studi di Universitas Sanata Dharma (USD), yaitu Pusat Penelitian dan Pelayanan Pendidikan (P4-USD), Pusat Informasi dan Penelitian Obat (PIPO), serta Pusat Pengembangan Manajemen (PPM), mulai membangun rintisan kolaborasi, sesuatu yang selama ini belum terjadi. Kolaborasi berwujud kegiatan penelitian interdisipliner pemberdayaan masyarakat (community development). Pemberdayaan masyarakat dipandang sebagai ajang cocok bagi penelitian interdisipliner, mengingat persoalan masyarakat bersifat multidimensi, yang pada dasarnya tidak realistis untuk didekati dan dipecahkan secara reduksionistik.

Penelitian interdisipliner dalam kerangka pemberdayaan masyarakat merupakan pilihan bersama di antara 3 pusat studi ini sebagai upaya ikut mewujudkan Renstra USD 2008 – 2012. Fokusnya pada Strategi 2 (Peningkatan kualitas penelitian) dan Strategi 5 (Peningkatan kontribusi USD sebagai Universitas Jesuit di Indonesia). Terkait Strategi 2, kegiatan kolaboratif ini mengacu pada indikator kinerja utama ‘meningkatnya relevansi kegiatan penelitian’. Terkait Strategi 5, kegiatan tersebut mengacu pada indikator ‘meningkatnya pengakuan masyarakat terhadap USD atas hasil-hasil penelitian ... terutama masyarakat yang kurang berdaya dan tertinggal’.

Usaha mewujudkan rencana penelitian interdisipliner dimulai dengan melakukan kunjungan ke Paroki St. Ignatius Danan di Kecamatan Giriwoyo Kabupaten Wonogiri pada tanggal 30 Maret 2009. Paroki ini sudah tidak asing lagi bagi P4-USD karena sudah terbina kemitraan di antara keduanya selama tahun 2008, yaitu dalam rangka penelitian pengembangan pembelajaran di sekolah yang mengintegrasikan penumbuhan kecakapan vokasional. Kunjungan dilakukan oleh Kepala P4-USD (Dr. Susento, M.S.), Kepala PIPO (Dewi Setyaningsih, S.Si., M.Sc., Apt.), Kepala PPM (Antonius Budisusila, S.E., M.Soc.Sc.), dan dosen FKIP berkeahlian di bidang ekonomi pembangunan (Indra Darmawan, S.E., M.Si.). Rombongan diterima oleh Pastor Paroki (Rm. Puspodianto, SJ) dan Ketua LSM Bela Rasa (Bapak H. Dwiyanto). Kunjungan diisi dengan perbincangan mengenai rencana membangun kemitraan dalam pemberdayaan masyarakat setempat dan peninjauan lokasi binaan LSM tersebut.

Hasil kunjungan digodog lebih lanjut oleh ketiga pusat studi dalam pertemuan di Kampus tanggal 6 April 2009. Hadir dalam pertemuan itu ketiga kepala pusat dan 2 orang dosen FKIP, yaitu Indra Darmawan, S.E., M.Si. dan Drs. Domi Severinus, M.Si. Hasil pertemuan merekomendasikan beberapa hal: [1] penelitian interdisipliner bertema ‘Identifikasi Kebutuhan dan Daya-dukung bagi Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Tanah Pekarangan’, [2] lokasi penelitian di Kecamatan Giriwoyo Kabupaten Wonogiri, [3] peneliti terdiri dari 1 atau 2 tim, dan [4] proposal penelitian disusun berbasis dukungan LPPM USD, LSM Bela Rasa, dan jajaran Pemerintah Daerah setempat.

Selasa, 21 April 2009

Proses Belajar sebagai Akibat Pengajaran: Kasus Pelajaran Matematika

"Learning from Instruction: the case of mathematics"
Erik De Corte
Learning Inquiry (2007) 1: 19–30


Artikel gratis: http://springerlink.com/content/x6708m72n07m5576/

Abstrak
Artikel ini menjelaskan sejumlah karakteristik proses belajar yang harus terjadi dalam diri siswa yang dapat memfasilitasi dan mendukung penguasaan kompetensi. Ada 4 karakteristik utama yang dibahas secara rinci, yaitu belajar bersifat konstruktif, diatur sendiri, kontekstual, dan kolaboratif. Di samping itu, disajikan juga pendekatan baru mengenai transfer belajar. Dalam pendekatan ini, transfer dipandang sebagai persiapan bagi belajar di masa mendatang.

Kata kunci
Kompetensi adaptif, belajar matematika, transfer belajar

Isi artikel
1. Analisis kompetensi
2. Belajar sebagai proses produksi
3. Karakteristik belajar sebagai proses produksi:
konstruktif, diatur sendiri, kontekstual, dan kolaboratif
4. Pembaharuan konsep transfer belajar

Susento
22 April 2009

Agenda Juli 2009

4 Juli 2009
  • Workshop Pengembangan Sekolah - Pimpinan Sekolah TK-SD-SMP-SMA YayasanPangudi Luhur Cabang Yogyakarta dan Muntilan - Tempat: SMA Pangudiluhur Yogyakarta

Sistematika Usulan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Sistematika usulan (proposal) PTK dapat mengikuti ketentuan dari Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DP3M) Ditjen Dikti. Ketentuan tersebut disajikan di bawah ini.

A. JUDUL PENELITIAN
Judul penelitian hendaknya singkat dan spesifik tetapi cukup jelas mewakili gambaran tentang masalah yang akan diteliti dan tindakan yang dipilih untuk menyelesaikan atau sebagai solusi terhadap masalah yang dihadapi.

B. BIDANG ILMU
Tuliskan bidang ilmu Ketua Peneliti berdasarkan Jurusan.

C. PENDAHULUAN
Kemukakan secara jelas bahwa masalah yang diteliti merupakan sebuah masalah yang nyata terjadi di sekolah dan diagnosis oleh guru dan/atau tenaga kependidikan lainnya di sekolah. Masalah yang akan diteliti merupakan sebuah masalah penting dan mendesak untuk dipecahkan, serta dapat dilaksanakan dilihat dari segi ketersediaan waktu, biaya, dan daya dukung lainnya yang dapat memperlancar penelitian tersebut. Setelah didiagnosis (diidentifikasi) masalah penelitiannya, maka selanjutnya perlu diidentifikasi dan dideskripsikan secara cermat akar penyebab dari masalah tersebut. Penting juga digambarkan situasi kolaboratif antar anggota peneliti dalam mencari masalah dan akar penyebab munculnya masalah tersebut. Di samping itu, prosedur dan alat yang digunakan dalam melakukan identifikasi (inventarisasi) perlu dikemukakan secara jelas dan sistematis.

D. PERUMUSAN MASALAH
Rumuskan masalah penelitian dalam bentuk suatu rumusan penelitian tindakan kelas. Dalam perumusan masalah dapat dijelaskan definisi, asumsi, dan lingkup yang menjadi batasan penelitian. Rumusan masalah sebaiknya menggunakan kalimat tanya dengan mengajukan alternatif tindakan yang akan diambil dan hasil positif yang diantisipasi.

E. CARA PEMECAHAN MASALAH
Uraikan pendekatan dan konsep yang digunakan untuk menjawab masalah yang diteliti, sesuai dengan kaidah penelitian tindakan kelas. Cara pemecahan masalah telah menunjukkan akar penyebab permasalahan dan bentuk tindakan (action) yang ditunjang dengan data yang lengkap dan baik.

F. TINJAUAN PUSTAKA
Uraikan dengan jelas kajian teori dan pustaka yang menumbuhkan gagasan yang mendasari penelitian yang akan dilakukan. Kemukakan teori, temuan dan bahan penelitian lain yang dipahami sebagai acuan, yang dijadikan landasan untuk menunjukkan ketepatan tentang tindakan yang akan dilakukan dalam mengatasi permasalahan penelitian tersebut. Uraian ini digunakan untuk menyusun kerangka berpikir atau konsep yang akan digunakan dalam penelitian. Pada bagian akhir dikemukakan hipotesis tindakan yang menggambarkan tingkat keberhasilan tindakan yang diharapkan/diantisipasi.

G. TUJUAN PENELITIAN
Kemukakan secara singkat tentang tujuan penelitian yang ingin dilakukan dengan mendasarkan pada permasalahan yang dikemukakan. Tujuan umum dan khusus diuraikan dengan jelas, sehingga tampak keberhasilannya.

H. KONTRIBUSI HASIL PENELITIAN
Uraikan kontribusi hasil penelitian terhadap kualitas pendidikan dan/atau pembelajaran, sehingga tampak manfaatnya bagi siswa, guru, maupun komponen pendidikan di sekolah lainnya. Kemukakan inovasi yang akan dihasilkan dari penelitian ini.

I. METODE PENELITIAN
Uraikan secara jelas prosedur penelitian yang akan dilakukan. Kemukakan obyek, latar waktu dan lokasi penelitian secara jelas. Prosedur hendaknya dirinci dari perencanaan-tindakan-observasi/evaluasi-refleksi, yang bersifat daur ulang atau siklis. Tunjukkan siklus-siklus kegiatan penelitian dengan menguraikan tingkat keberhasilan yang dicapai dalam satu siklus sebelum pindah ke siklus lainnya. Jumlah-jumlah siklus diusahakan lebih dari satu siklus, meskipun harus diingat juga jadwal kegiatan belajar di sekolah (cawu/semester).

J. JADWAL PENELITIAN
Buatlah jadwal kegiatan penelitian yang meliputi kegiatan persiapan, pelaksanaan, dan penyusunan laporan hasil penelitian dalam bentuk bar chart.

K. PERSONALIA PENELITIAN
Sebutkan jumlah personalia penelitian serta rincian nama dan lembaga yang bersangkutan. Uraikan peran dan jumlah waktu yang digunakan dalam setiap bentuk kegiatan penelitian yang dilakukan.

LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Daftar Pustaka.
2. Riwayat Hidup Ketua Peneliti dan Anggota Peneliti (Cantumkan pengalaman penelitian yang relevan telah dihasilkan sampai saat ini )


Sumber: DP3M Ditjen Dikti