Tampilkan postingan dengan label Referensi Penelitian. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Referensi Penelitian. Tampilkan semua postingan

Selasa, 21 April 2009

Sistematika Usulan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Sistematika usulan (proposal) PTK dapat mengikuti ketentuan dari Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DP3M) Ditjen Dikti. Ketentuan tersebut disajikan di bawah ini.

A. JUDUL PENELITIAN
Judul penelitian hendaknya singkat dan spesifik tetapi cukup jelas mewakili gambaran tentang masalah yang akan diteliti dan tindakan yang dipilih untuk menyelesaikan atau sebagai solusi terhadap masalah yang dihadapi.

B. BIDANG ILMU
Tuliskan bidang ilmu Ketua Peneliti berdasarkan Jurusan.

C. PENDAHULUAN
Kemukakan secara jelas bahwa masalah yang diteliti merupakan sebuah masalah yang nyata terjadi di sekolah dan diagnosis oleh guru dan/atau tenaga kependidikan lainnya di sekolah. Masalah yang akan diteliti merupakan sebuah masalah penting dan mendesak untuk dipecahkan, serta dapat dilaksanakan dilihat dari segi ketersediaan waktu, biaya, dan daya dukung lainnya yang dapat memperlancar penelitian tersebut. Setelah didiagnosis (diidentifikasi) masalah penelitiannya, maka selanjutnya perlu diidentifikasi dan dideskripsikan secara cermat akar penyebab dari masalah tersebut. Penting juga digambarkan situasi kolaboratif antar anggota peneliti dalam mencari masalah dan akar penyebab munculnya masalah tersebut. Di samping itu, prosedur dan alat yang digunakan dalam melakukan identifikasi (inventarisasi) perlu dikemukakan secara jelas dan sistematis.

D. PERUMUSAN MASALAH
Rumuskan masalah penelitian dalam bentuk suatu rumusan penelitian tindakan kelas. Dalam perumusan masalah dapat dijelaskan definisi, asumsi, dan lingkup yang menjadi batasan penelitian. Rumusan masalah sebaiknya menggunakan kalimat tanya dengan mengajukan alternatif tindakan yang akan diambil dan hasil positif yang diantisipasi.

E. CARA PEMECAHAN MASALAH
Uraikan pendekatan dan konsep yang digunakan untuk menjawab masalah yang diteliti, sesuai dengan kaidah penelitian tindakan kelas. Cara pemecahan masalah telah menunjukkan akar penyebab permasalahan dan bentuk tindakan (action) yang ditunjang dengan data yang lengkap dan baik.

F. TINJAUAN PUSTAKA
Uraikan dengan jelas kajian teori dan pustaka yang menumbuhkan gagasan yang mendasari penelitian yang akan dilakukan. Kemukakan teori, temuan dan bahan penelitian lain yang dipahami sebagai acuan, yang dijadikan landasan untuk menunjukkan ketepatan tentang tindakan yang akan dilakukan dalam mengatasi permasalahan penelitian tersebut. Uraian ini digunakan untuk menyusun kerangka berpikir atau konsep yang akan digunakan dalam penelitian. Pada bagian akhir dikemukakan hipotesis tindakan yang menggambarkan tingkat keberhasilan tindakan yang diharapkan/diantisipasi.

G. TUJUAN PENELITIAN
Kemukakan secara singkat tentang tujuan penelitian yang ingin dilakukan dengan mendasarkan pada permasalahan yang dikemukakan. Tujuan umum dan khusus diuraikan dengan jelas, sehingga tampak keberhasilannya.

H. KONTRIBUSI HASIL PENELITIAN
Uraikan kontribusi hasil penelitian terhadap kualitas pendidikan dan/atau pembelajaran, sehingga tampak manfaatnya bagi siswa, guru, maupun komponen pendidikan di sekolah lainnya. Kemukakan inovasi yang akan dihasilkan dari penelitian ini.

I. METODE PENELITIAN
Uraikan secara jelas prosedur penelitian yang akan dilakukan. Kemukakan obyek, latar waktu dan lokasi penelitian secara jelas. Prosedur hendaknya dirinci dari perencanaan-tindakan-observasi/evaluasi-refleksi, yang bersifat daur ulang atau siklis. Tunjukkan siklus-siklus kegiatan penelitian dengan menguraikan tingkat keberhasilan yang dicapai dalam satu siklus sebelum pindah ke siklus lainnya. Jumlah-jumlah siklus diusahakan lebih dari satu siklus, meskipun harus diingat juga jadwal kegiatan belajar di sekolah (cawu/semester).

J. JADWAL PENELITIAN
Buatlah jadwal kegiatan penelitian yang meliputi kegiatan persiapan, pelaksanaan, dan penyusunan laporan hasil penelitian dalam bentuk bar chart.

K. PERSONALIA PENELITIAN
Sebutkan jumlah personalia penelitian serta rincian nama dan lembaga yang bersangkutan. Uraikan peran dan jumlah waktu yang digunakan dalam setiap bentuk kegiatan penelitian yang dilakukan.

LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Daftar Pustaka.
2. Riwayat Hidup Ketua Peneliti dan Anggota Peneliti (Cantumkan pengalaman penelitian yang relevan telah dihasilkan sampai saat ini )


Sumber: DP3M Ditjen Dikti

Senin, 06 April 2009

Model dan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

Berdasarkan pendapat Oja dan Smulyan (1989), Wibawa (2003) membedakan adanya empat model penelitian tindakan kelas ( PTK), yaitu:
a. Guru sebagai peneliti;
b. PTK kolaboratif;
c. PTK simultan-terintegrasi;
d. PTK administrasi sosial eksperimental.

Guru sebagai peneliti memiliki ciri penting yaitu sangat berperannya guru itu sendiri dalam proses PTK. Dalam bentuk ini tujuan utama PTK ialah untuk meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas di mana guru terlibat secara penuh dalam proses perencanaan, aksi (tindakan), dan refleksi. Dalam bentuk penelitian yang demikian, guru mencari problema sendiri untuk dipecahkan melalui penelitian seperti ini, peranannya tidak dominan. Sebaliknya keterlibatan pihak lain dari luar hanya bersifat konsultatif dalam mencari dan mempertajam persoalan-persoalan pembelajaran yang dihadapi oleh guru yang sekiranya layak untuk dipecahkan melalui PTK.


PTK kolaboratif melibatkan beberapa pihak baik guru, kepala sekolah, maupun peneliti lain (misalnya dosen LPTK) secara serentak dengan tujuan untuk meningkatkan praktek pembelajaran, menyumbang pada perkembangan teori, dan peningkatan karier guru. PTK selalu dirancang dan dilaksanakan oleh tim yang terdiri dari guru, peneliti, dan atau kepala sekolah. Hubungan antara guru dan dosen bersifat kemitraan, sehingga mereka dapat duduk bersama untuk memikirkan persoalan-persoalan yang akan diteliti; mereka secara bersama bertindak sebagai inovator.


PTK simultan-terintegrasi mempunyai dua tujuan utama: memecahkan persoalan praktis dalam pembelajaran, dan juga untuk menghasilkan pengetahuan yang ilmiah dalam bidang pembelajaran di kelas. Dalam PTK ini, guru dilibatkan pada proses penelitian kelasnya, terutama pada aspek aksi dan refleksi terhadap praktek-praktek pembelajaran dikelas. Meskipun demikian, persoalan-persoalan pembelajaran yang diteliti datang dan diidentifikasikan oleh peneliti dari luar. Jadi dalam bentuk ini guru bukan inovator dalam penelitian ini. Sebaliknya yang mengambil posisi inovator adalah peneliti lain di luar guru.


PTK administrasi sosial eksperimental lebih menekankan dampak kebijakan dan praktek. Dalam bentuk ini guru tidak dilibatkan dalam perencanaan, aksi, dan refleksi terhadap praktek pembelajarannya sendiri di dalam kelas. Jadi guru tidak banyak memberikan masukan pada proses penelitian. Tanggung jawab penuh pelaksanaan PTK terletak pada pihak luar, meskipun obyek penelitian itu terletak di dalam kelas tertentu.


Untuk mempersiapkan PTK, perlu dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a. Identifikasi masalah:
- Menemukan masalah dalam proses pembelajaran di kelas berdasarkan gejala-gejala yang nampak.
b. Analisis masalah:
- Memilah-milah masalah dan berbagai kemungkinan penyebabnya.
c. Perumusan masalah:
- Menyatakan masalah secara singkat, lengkap, dan jelas.
d. Perumusan hipotesis tindakan:
- Menyatakan secara singkat, lengkap, dan jelas tindakan yang diduga paling besar kemungkinannya dapat mengatasi masalah.

PTK dilaksanakan melalui siklus-siklus kegiatan. Tiap-tiap siklus terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:
a. Perencanaan tindakan:
- Menyusun rencana tindakan untuk menguji secara empiris hipotesis tindakan. Rencana tindakan mencakup semua langkah tindakan secara rinci, segala keperluan untuk melaksanakan tindakan, dan berbagai kendala yang mungkin timbul beserta cara mengatasinya.
b. Pelaksanaan tindakan:
- Melaksanakan semua rencana tindakan dalam proses pembelajaran di kelas.
c. Observasi tindakan:
- Mengamati pelaksanaan tindakan. Observasi bertujuan untuk mengumpulkan data yang berisi tentang pelaksanaan tindakan dan dampaknya terhadap proses dan hasil pembelajaran. Dalam melaksanakan observasi, guru bisa dibantu oleh pengamat luar (teman sejawat atau orang yang berkompeten).
d. Refleksi terhadap tindakan:
- Memproses data yang diperoleh dari observasi tindakan. Data yang diperoleh ditafsirkan, dianalisis dan disimpulkan. Refleksi dapat dilakukan guru dengan bantuan pengamat atau orang lain yang berkompeten. Berdasarkan hasil refleksi kemudian dilakukan evaluasi terhadap tindakan, yaitu untuk menilai sejauh mana tindakan telah dapat mengatasi masalah pembelajaran yang diteliti. Jika tindakan telah dapat mengatasi masalah, maka tahap PTK selesai. Jika tindakan belum dapat mengatasi masalah, maka tahap PTK masih dilanjutkan ke siklus kegiatan yang baru.


Susento
6 April 2009

Minggu, 05 April 2009

Pentingnya Penelitian Tindakan Kelas

Tujuan utama PTK adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas praktek pembelajaran. Perbaikan dan peningkatan kualitas dilakukan oleh guru melalui serangkaian tindakan yang dirancang, dilaksanakan, dan dievaluasi.

Website PPPG Tertulis Bandung memberikan beberapa alasan mengapa PTK banyak mendapat perhatian akhir-akhir ini, yaitu:
a. Jenis penelitian ini mampu menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatakan profesionalisme guru dalam pembelajaran di kelas dengan melihat berbagai indikator keberhasilan proses dan hasil belajar yang terjadi pada siswa.
b. Dalam PTK guru meneliti sendiri terhadap praktek pembelajaran yang ia lakukan di kelas, sehingga guru dapat memperbaiki praktek-praktek pembelajaran menjadi lebih efektif.
c. PTK tidak harus membebani guru dalam tugas kesehariannya, karena dilakukan secara integratif dengan kegiatan guru sehari-hari.
d. PTK juga dapat menjembatani kesenjangan antara teori dan praktek pendidikan.
e. Melalui PTK guru juga dapat melihat, merasakan, dan menghayati apakah praktek-praktek pembelajaran yang selama ini dilakukan memiliki efektifitas yang tinggi.

Menurut Wibawa (2003), PTK merupakan suatu kebutuhan bagi guru untuk meningkatkan profesionalitasnya. Beberapa alasan untuk hal ini adalah:
a. PTK membuat guru menjadi peka dan tanggap terhadap dinamika pembelajaran di kelasnya. Guru menjadi reflektif dan kritis terhadap apa yang dia dan muridnya lakukan.
b. PTK meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi profesional. Guru tidak hanya sebagai praktisi, yang sudah merasa puas terhadap apa yang dikerjakan selama bertahun-tahun tanpa ada upaya perbaikan dan inovasi, namun juga sebagai peneliti di bidangnya.
c. Dengan melaksanakan tahapan-tahapan dalam PTK, guru mampu memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian terhadap apa yang terjadi di kelasnya.
d. Pelaksanaan PTK tidak mengganggu tugas pokok guru karena dia tidak perlu meninggalkan kelasnya. PTK merupakan suatu kegiatan penelitian yang terintegrasi dengan pelaksanaan proses pembelajaran.
e. Dengan melaksanakan PTK, guru menjadi kreatif karena selalu dituntut untuk melakukan upaya-upaya inovasi dalam melaksanakan atau menyesuaikan berbagai teori dan teknik pembelajaran serta bahan ajar yang dipakainya.

Menurut Wibawa (2003), pelaksanaan PTK oleh guru akan meningkatkan mutu hasil pengajaran, mengembangkan ketrampilan guru, meningkatkan relevansi dan efisiensi pengelolaan pembelajaran, dan menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru. Website PPPG Tertulis Bandung menjelaskan manfaat PTK sebagai berikut:
a. Inovasi pembelajaran. Dalam inovasi pembelajaran guru perlu selalu mencoba untuk mengubah, mengembangkan, dan meningkatkan gaya mengajarnya agar mampu melahirkan model pembelajaran yang sesuai dengan tuntuan kelasnya. Dalam konteks ini, guru selalu berhadapan dengan siswa yang berbeda dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu, jika guru melakukan PTK dari kelasnya sendiri, dan berangkat dari persoalannya sendiri, kemudian menghasilkan solusi terhadap persoalan tersebut, maka secara tidak langsung telah terlibat dalam proses inovasi pembelajaran.
b. Pengembangan kurikulum di sekolah dan di kelas. Untuk kepentingan pengembangan kurikulum pada level kelas, PTK akan sangat bermanfaat sebagai salah satu sumber masukan. Hal ini terjadi karena, proses reformasi kurikulum secara teoritik tidak netral. Sebaliknya proses tersebut akan dipengaruhi oleh gagasan-gagasan yang saling berhubungan mengenai hakikat pendidikan, pengetahuan, dan pengajaran. PTK dapat membantu guru untuk lebih dapat memahami hakikat tersebut secara empirik, dan bukan sekedar pemahaman yang bersifat teoritik.
c. Peningkatan profesionalisme guru. Guru yang profesional, tidak akan merasa enggan melakukan berbagai perubahan dalam praktek pembelajaran sesuai dengan kondisi kelasnya. PTK merupakan salah satu media yang dapat digunakan oleh guru untuk memahami apa yang terjadi di kelas, dan kemudian meningkatkannya menuju ke arah perbaikan-perbaikan secara profesional. Guru yang profesional perlu melihat dan menilai sendiri secara kritis terhadap praktek pembelajarannya di kelas. Dengan melihat unjuk kerjanya sendiri, kemudian merefleksikan, dan lalu diperbaiki, guru pada akhirnya akan mendapat otonomi secara profesional.


Susento
5 April 2009

Sabtu, 04 April 2009

Apa yang dimaksud Penelitian Tindakan Kelas?

Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan (action research) pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial Amerika Serikat Kurt Lewin pada tahun 1946. Gagasan Lewin selanjutnya dikembangkan oleh ahli-ahli lain, seperti Kemmis, McTaggart, Elliot, dan Ebbutt (Wibawa, 2003). Menurut Elliot (dalam Wibawa, 2003), penelitian tindakan adalah kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan di dalamnya. Senada dengan itu, Kemmis & McTaggart (dalam Wibawa, 2003) berpendapat bahwa penelitian tindakan adalah suatu bentuk refleksi diri secara kolektif yang dilakukan oleh anggota-anggota komunitas dalam situasi sosial untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan praktek-praktek sosial.

Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan bentuk khusus dari penelitian tindakan. Kekhususannya terletak pada: (1) situasi sosial yang dimaksud adalah situasi kelas, dan (2) tindakan atau praktek yang dimaksud adalah pembelajaran dalam kelas tersebut. Dengan demikian, PTK adalah kajian yang dilakukan secara sistematis dan reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar-mengajar, yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran (Wibawa, 2003). Menurut Website PPPG Tertulis Bandung, PTK adalah bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional.


Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Website PPPG Tertulis Bandung, setidaknya ada dua karakteristik (ciri khas) PTK, yaitu :
a. Permasalahan yang diangkat untuk dipecahkan melalui PTK harus selalu berangkat dari persoalan praktek pembelajaran sehari-hari yang dihadapi guru. Oleh karena itu, PTK dapat dilaksanakan jika guru sejak awal memang menyadari adanya persoalan yang terkait dengan proses dan hasil pembelajaran yang ia hadapi di kelas. Kemudian dari persoalan itu, guru menyadari pentingnya persoalan tersebut untuk dipecahkan secara profesional.
b. PTK diindikasikan oleh adanya tindakan-tindakan (aksi) tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas. Tanpa tindakan tertentu guru juga dapat melakukan penelitian di dalam kelas, yang disebut “penelitian kelas.” Oleh karena itu, ciri khas PTK terletak pada adanya tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang ada.

Wibawa (2003) menyebutkan beberapa karakteristik PTK, yaitu:
a. didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran;
b. adanya kolaborasi dengan teman sejawat atau orang lain yang berkompeten dalam pelaksanaannya;
c. peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi;
d. bertujuan memperbaiki dan meningkatkan kualitas praktek pembelajaran;
e. dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus.


Susento
4 April 2009

Selasa, 31 Maret 2009

Apa yang dimaksud Penelitian Interdisipliner?

Interdisciplinary Research

www.nap.edu/catalog/11153.html

Interdisciplinary research (IDR) can be one of the most productive and inspiring of human pursuits—one that provides a format for conversations and connections that lead to new knowledge. As a mode of discovery and education, it has delivered much already and promises more—a sustainable environment, healthier and more prosperous lives, new discoveries and technologies to inspire young minds, and a deeper understanding of our place in space and time. Despite the apparent benefits of IDR, researchers interested in pursuing it often face daunting obstacles and disincentives. Some of them take the form of personal communication or “culture” barriers; others are related to the tradition in academic institutions of organizing research and teaching activities by discipline-based departments—a tradition that is commonly mirrored in funding organizations, professional societies, and journals.

Definition

IDR is a mode of research by teams or individuals that integrates information, data, techniques, tools, perspectives, concepts, and/or theories from two or more disciplines or bodies of specialized knowledge to advance fundamental understanding or to solve problems whose solutions are beyond the scope of a single discipline or area of research practice.

Current Situation

1. IDR is pluralistic in method and focus. It may be conducted by individuals or groups and may be driven by scientific curiosity or practical needs.

2. Interdisciplinary thinking is rapidly becoming an integral feature of research as a result of four powerful “drivers”: the inherent complexity of nature and society, the desire to explore problems and questions that are not confined to a single discipline, the need to solve societal problems, and the power of new technologies.

3. Successful interdisciplinary researchers have found ways to integrate and synthesize disciplinary depth with breadth of interests, visions, and skills.

4. Students, especially undergraduates, are strongly attracted to interdisciplinary courses, especially those of societal relevance.

5. The success of IDR groups depends on institutional commitment and research leadership. Leaders with clear vision and effective communication and team-building skills can catalyze the integration of disciplines.

Challenges to Overcome

1. The characteristics of IDR pose special challenges for funding organizations that wish to support it. IDR is typically collaborative and involves people of disparate backgrounds. Thus, it may take extra time for building consensus and for learning new methods, languages, and cultures.

2. Social-science research has not yet fully elucidated the complex social and intellectual processes that make for successful IDR. A deeper understanding of these processes will further enhance the prospects for creation and management of successful IDR programs.

Changes Needed

1. In attempting to balance the strengthening of disciplines and the pursuit of interdisciplinary research, education, and training, many institutions are impeded by traditions and policies that govern hiring, promotion, tenure, and resource allocation.

2. The increasing specialization and cross-fertilizations in science and engineering require new modes of organization and a modified reward structure to facilitate interdisciplinary interactions.

3. Professional societies have the opportunity to facilitate IDR by producing state-of-the-art reports on recent research developments and on curriculum, assessment, and accreditation methods; enhancing personal interactions; building partnerships among societies; publishing interdisciplinary journals and special editions of disciplinary journals; and promoting mutual understanding of disciplinary methods, languages, and cultures.

4. Reliable methods for prospective and retrospective evaluation of interdisciplinary research and education programs will require modification of the peer-review process to include researchers with interdisciplinary expertise in addition to researchers with expertise in the relevant disciplines.

Susento

30 Maret 2009